JatiNews, Jambi – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Jambi, dalam rangka memperingati hari ulang tahun (HUT) ke-13, mengadakan serangkaian kegiatan di Taman Budaya Jambi, Kota Jambi, Kamis (21/11/2024). Kali ini, AJI Jambi mengusung tema “Etika AI untuk Keadilan Iklim”.

Ketua AJI Jambi, Suwandi alias Wendy, mengatakan keadilan iklim berfokus pada kesetaraan dalam distribusi dampak dan beban perubahan iklim, serta akses terhadap sumber daya dan teknologi untuk mengatasi masalah ini.

“AI memiliki potensi untuk membantu komunitas yang paling terdampak oleh perubahan iklim, tetapi sering kali teknologi ini hanya lebih mudah diakses oleh negara-negara maju dan perusahaan besar,” kata Wendi.

Wendy menyampaikan pengembangan solusi berbasis AI, penting untuk melibatkan suara dari komunitas yang paling rentan terdampak oleh perubahan iklim, seperti masyarakat adat, komunitas pesisir, dan masyarakat marjinal. Tanpa keterlibatan ini, ada risiko bahwa solusi yang dihasilkan tidak akan mempertimbangkan kebutuhan dan konteks lokal mereka.

Dengan demikian peranan jurnalis, aktivis lingkungan, peneliti, dan pengembang teknologi sangat penting untuk memastikan bahwa data yang digunakan mencerminkan beragam kondisi dan perspektif yang ada di masyarakat.

Baca juga:  Gubernur Al Haris Dampingi Mendag Zulhas Lepas Ekspor Pinang Jambi ke Arab Saudi dan Bangladesh

Penggunaan AI dalam kebijakan dan solusi iklim harus dilandasi oleh transparansi. Ketika AI digunakan untuk mengambil keputusan yang mempengaruhi kebijakan iklim atau alokasi sumber daya, penting untuk menetapkan sistem akuntabilitas yang jelas.

“Banyak komunitas telah mengembangkan praktik berbasis alam dan bisa mengatasi krisis iklim. Penggunaan AI harus digunakan untuk mendukung dan memperkuat pendekatan ini, bukan menggantinya,” kata Suwandi.

Kecerdasan buatan harus dirancang untuk mendukung praktik berkelanjutan yang mendorong keadilan iklim. Kata Suwandi, jurnalisme memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan informasi yang akurat dan transparan mengenai penggunaan AI dalam upaya mitigasi krisis iklim.

“Misalnya, jurnalis harus mengangkat suara dari komunitas yang terdampak perubahan iklim dan menanyakan apakah teknologi AI benar-benar membantu mereka atau justru memperparah ketidakadilan sosial dan ekonomi. Jurnalis harus kritis terhadap data dan algoritma AI, yang dikumpulkan tanpa pertimbangan etis dan privasi. Data yang bias berpotensi menjadi mis-infomrasi. Sementara manipulasi data dengan AI menjadi disinformasi yang menyesatkan,” kata Wendi.

AJI Jambi merasa penting memetakan ancaman penerapan AI terhadap keadilan iklim, agar tidak tergesa-gesa menyimpulkan jika AI adalah solusi dari krisis iklim. Karena itu, AJI mengadakan berbagai kegiatan diantaranya nonton bareng (nobar) dan diskusi film dokumenter “People Led Development”, diskusi film “Big Bad Biomassa”.

Baca juga:  Wagub Sani: Dua Paskibraka Terbaik Jambi Siap Kibarkan Bendera di IKN

Film pertama merupakan hasil kolaborasi dari Setara Jambi, Walhi Jambi, CAPPA Keadilan Ekologi, dan beberapa NGO lainnya. Ini menceritakan bagaimana masyarakat di Jambi mempertahankan pertanian, dan bagaimana kehidupan Suku Anak Dalam Batin Sembilan.

Film kedua, Big Bad Biomassa, adalah hasil penelusuran mendalam tentang praktik-praktik kotor di balik kedok transisi energi. Ini adalah cerita tentang ilusi hijau biomassa dan mempertanyakan ulang apakah transisi energi ini benar-benar hijau. Dalam sesi diskusi film ini juga akan mengarahkan pada persoalan krisis iklim.

Selanjutnya, pada malam harinya, AJI Jambi mengadakan Malom Kenduri HUT ke-13, AJI Jambi yang akan dihadiri para jurnalis, akademisi, dinas lingkungan dan iklim, mahasiswa, komunitas literasi, dan sebagainya.

Melalui AJI Jambi Awards yang pertama ini, kami memberikan penghargaan kepada beberapa individu yang berkontribusi dan berjuang untuk komunitasnya. “Perjuangan mereka layak didukung dan diapresiasi,” kata Wendi. (Wjs)