JatiNews, JAMBI – Dari medan tempur Papua hingga meja kepemimpinan masyarakat, Ade Chandra, purnawirawan Marinir TNI AL, menunjukkan dedikasi luar biasa dalam melayani bangsa. Putra asli Karang Mendapo ini kini menjadi motor perubahan di Sarolangun, Jambi, dengan semangat juang yang tak pernah surut.
Ade Chandra, lahir pada 23 Januari 1973 di Karang Mendapo, Sarolangun. Pendidikan awalnya ditempuh di SD No. 51/VI Karang Mendapo (1983), dilanjutkan ke SMPN Pauh (1987), dan SMAN-1 Sarolangun (1990). Ia sempat menimba ilmu di Universitas Jambi (UNJA) pada Jurusan Ekonomi Manajemen hingga semester IV sebelum memutuskan bergabung dengan TNI AL pada 1992.
“Keputusan untuk bergabung dengan TNI AL adalah panggilan jiwa saya,” ujar Ade Chandra mengenang masa awal karier militernya.
Ia diterima dalam DIK CABA MILSUK XI/I TNI AL, yang menjadi awal perjalanan panjangnya di dunia militer. Berbagai posisi strategis pernah diembannya, mulai dari Danru (1993–1994), Bapandu (1994–1995), hingga Baton (1995–1996). Ade juga dikenal atas keberaniannya dalam Operasi Pembebasan Sandera di Mapenduma Papua (1996–1997), sebuah misi yang melibatkan Presiden Prabowo Subianto saat itu.
“Misi di Papua adalah pengalaman yang membekas. Kami bekerja tanpa mengenal lelah untuk memastikan sandera selamat,” kenangnya.
Tidak hanya itu, Ade juga berkontribusi dalam PAM Reformasi di Jakarta (1997–1998) serta Operasi Militer di Aceh (1999–2000). Ia kemudian ditugaskan sebagai Pelatih Komando Marinir di Kolatmar (2000–2004), di mana ia mendidik prajurit muda dengan disiplin dan semangat pantang menyerah.
Setelah bertugas sebagai Komandan Pos AL di Jambi dan Palembang (2004–2019), Ade memutuskan pensiun dini pada 2019. Namun, pengabdiannya kepada masyarakat tak berhenti. Pada 17 Agustus 2024, ia diangkat sebagai Ketua DPC GRIB Kabupaten Sarolangun, posisi yang dipegangnya hingga kini.
“Saya ingin masyarakat Sarolangun bangkit dan mandiri,” tegasnya saat berbicara tentang visinya sebagai pemimpin organisasi masyarakat.
Ia juga lantang menyuarakan pemberantasan praktik ilegal seperti ilegal drilling dan perdagangan rokok ilegal di Jambi, berdasarkan pengalamannya selama 15 tahun bertugas di daerah tersebut.
“Kunci penyelesaian masalah ini ada di tangan aparat penegak hukum. Sebagian besar pelaku sudah diketahui, tinggal menunggu keseriusan untuk bertindak,” jelasnya.
Ade Chandra juga dikenal atas prestasinya, seperti 10 besar Lomba Renang Lintas Selat Sunda (1993) dan peringkat 1 Latap Karu Marinir (1993). Ia menerima sejumlah tanda jasa, termasuk Satya Lencana VIII, XVI, dan XXIV tahun, serta penghargaan GOM IX Cendrawasih dan GOM XII Aceh. (Wjs)